‎ ‎

Mutiara Hikmah Jum’at : Antara Nabi Sulaiman, Qarun, dan Surat Al Isro’ Ayat 26-27






Bismillaahirrohmaanirrohim...
Selamat pagi, teman-teman. Bagaimana kabar nih? Nggak kerasa udah jumpa lagi dengan Hari Jum’at yah. Padahal Minggu kemarin saya masih mencanangkan akan memposting tulisan khusus di Hari Jum’at. Kalau kemarin membahas bagaimana saya survive dari yang namanya kejenuhan tingkat akut, sehingga muncullah ide postingan Mutiara Hikmah Jum’at Up From the Earth. Yang belum baca, bisa langsung klik link di bawah ini ya gaes.


Selanjutnya, di Hari Jum’at yang berkah ini, saya ingin membagikan tulisan mengenai pendapat saya kaitannya dengan Nabi Sulaiman, Qarun, dan salahsatu ayat Al-Qur’an yang memiliki hubungan erat terhadap pandangan saya kepada sosok yang akhir-akhir ini banyak disebut dan bisa menjadi trending topic. Yups, yakni siapa lagi kalau bukan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulazis al-Saud.

Awalnya, saya tidak terlalu antusias sekali menanggapi jika Raja Salman akan datang ke Indonesia, dikarenakan pihak pemerintah Indonesia memiliki hutang terhadap Negara Cina dan adanya dugaan jika kedatangan Raja Salman ke Indonesia untuk membantu meringankan beban tanggungan pihak pemerintah Indonesia kepada Cina selain itu, beliau juga memberi santunan bagi anggota Densus 88 yang ikut berperang di Saudi Arabia. Seperti itu gambaran saya.

Namun, berkat poin-poin tulisan mengenai Raja Salman yang dibagikan oleh salahsatu anggota grup blogger, akhirnya mengubah pandangan saya. Hingga akhirnya menarik kesimpulan sampai-sampai mulut saya ikut membentuk huruf O. Yes, Ow....

Rabu, 1 Maret 2013, Raja Salman beserta 25 pangeran, dengan diikuti 1.500 rombongannya datang ke Indonesia. Selama tanggal 1 hingga tanggal 3 Maret, rencananya akan dihabiskan di Kota Jakarta, selanjutnya beliau akan melanjutkan perjalanannya berlibur ke destinasi pulau dewata yang sudah di-booking terlebih dulu penginapan untuk rombongan dari Arab Saudi tersebut.

Hal itu tentunya membutuhkan dana yang dibilang tidak kecil. Lah, apalagi dibandingkan sama kekayaan Raja Saudi Arabia, tentu tidak setara apa-apa dengan perjalanan silaturrahim sekaligus berlibur ke Pulau Bali. Namun, yang saya sayangkan itu, hanya terkait satu poin. Nanti akan saya tarik di bagian akhir ya gaes.

Selanjutnya, mengenai kisah Nabi Sulaiman as. Mengapa saya mencantumkan nama Nabi yang dikaruniai mukjizat oleh Allah dapat berbicara dengan hewan serta bangsa jin ini. Apakah ada hubungannya dengan Raja Salman, ataukah dengan Qarun? Yah... erat sekali kaitannya.

Tentang Nabi Sulaiman      

Al-qur’an telah merekam dua peristiwa besar terkait “Pamer/Riya’” kekayaan yang dilakukan oleh Nabi Sulaiman dan pada masa Qarun. Ketika Riya’ pada masa Nabi Sulaiman dilakukan saat berada di hadapan Ratu Saba’ yakni Ratu Balqis.

Dalam Surat An-Naml ayat 31 disebutkan lafadzh alla ta’lu alayya wa’tuuni muslimin, yang artinya Jangan merasa kepalamu lebih besar melebihi ajakanku kepadamu untuk masuk islam. Yang mana ayat tersebut digunakan dalam rangka berdakwah kepada Ratu Balqis dengan menyelipkan ayat Al-Qur’an itu.

Nabi Sulaiman dengan sikap tegas tatkala Ratu Balqis menyuapnya dengan kekayaan yang dimilikinya pun berkata, “Apakah kamu hendak mengiming-imingi aku dengan kekayaanmu, padahal Allah telah memberikan yang lebih baik daripada itu semua.”

Sumber : Pixabay
 
Saat Ratu Balqis melakukan kunjungan kenegaraan, hal itu pun dimanfaatkan oleh Nabi Sulaiman untuk mempertontonkan singgasana Ratu Balqis dalam waktu sekejap. Hingga Ratu Balqis pun tak habis pikir jika singgasanannya kini telah berada di istana Nabi Sulaiman. Bahkan, ketika Balqis masuk istana yang berlantaikan kaca dia mengira itu adalah kolam air, sehingga dia mengangkat pakaiannya, karena takut basah serta kebanjiran.

Bertubi-tubi dipameri kekayaan Nabi Sulaiman, akhirnya membuat Ratu Balqis takluk dan di hadapan Nabi Sulaiman, ia menyatakan masuk agama Islam.

Begitulah cara Nabi Sulaiman yang berdakwah di hadapan raja-raja yang memiliki kekayaan segalanya, dengan dipameri kekayaan dan hartanya yang lebih. Sehingga cara itu cukup efektif bagi Nabi Sulaiman.

Selanjutnya, kisah Riya’ atau Pamer kekayaan yang dilakukan oleh Qarun,

Tentang Qarun 

Di dalam Al-Qur’an, kisah Qarun ini pernah disebutkan dalam surat Al-Qashash ayat 76-82. Mengapa kisah Qarun amat fenomenal yang terkenal dengan kekayaannya yang melimpah? Karena dia pernah dinasehati untuk tidak bersikap sombong. Namun, dia beranggapan jika harta, dan kekayaan yang dimilikinya adalah hasil kerja keras dan jerih payahnya sendiri, tanpa berfikir akan nikmat yang telah diterimanya dari Allah SWT.

Sumber : Pixabay


Sangking kayanya Qarun, sampai-sampai anak kunci gudang tempat dia menyimpan harta itu terasa berat saat dipikul sekelompok pegawainya. Bayangkan, seberapa banyak harta yang dimilikinya itu. Bahkan, melihat kekayaan itu, membuat banyak orang berkhayal, “kapan saya bisa seperti Qarun?”

Hingga pada akhirnya, ketika diadakan parade pamer kekayaan, tiba-tiba terjadi sebuah kejadian luar biasa yang membuat kekayaan Warun lenyap ditelan bumi dan habis di lumat tanah. Oleh karena itulah, di zaman sekarang, kalau ada orang yang nemu harta dari galian tanah, di sebuh harta karun.


Qur’an Surat Al-Isro’ Ayat 26-27


Dalam Surat al Isro’ ayat 26-27 telah dikisahkan tentang anjuran kepada umat manusia untuk tidak menghambur-hamburkan harta, maupun bersikap boros.


26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara syaitan dan  syaitan itu adalah sangat ingkar terhadap Tuhannya.


Dan, kaitannya dengan Nabi Sulaiman, Qarun, terus, Raja Salman itu apa? Anggap saja, kunjungan Raja Salman ke Indonesia ini sebagai salahsatu unjuk kekuatan sebagaimana yang dilakukan Nabi Sulaiman kepada Ratu Balqis. Di lain sisi, Raja dan rombongan juga hendak berlibur secara mewah dan mahal.

 
Sumber : Pixabay

Mungkin, dari hal itulah, saya cukup terenyuh. Kita tinggalkan mengenai persoalan adanya timbal balik antara Arab Saudi dan Indonesia, atau pun mungkin ada persoalan lain dalam keduanya. Yang hanya saya soroti di sini hanya trekait kehidupan yang mewah. Tapi, hal itu udah jadi hak bagi si tamu sih, saya hanya berpendapat saja.

Di Indonesia yang mayoritas warga muslimnya masih hidup dan tinggal dalam garis kemiskinan, tak elok rasanya jika mempertontonkan gaya hidup yang demikian. Kalau di usut lebih mendetail lagi, kita bisa menyangkut pautkan dengan keadaan muslimin yang juga mengalami krisis seperi di Suriah, dan Palestina. Namun, kita tinggalkan poin tersebut.

Postingan ini terinspirasi saat berbincang-bincang dengan rekan kerja setelah membaca poin-poin penting kaitannya kisah Nabi Sulaiman, Qarun dan Raja Salman.



The main topic is kenapa, Nabi dan Rasul diturunkan di Makkah? Seperti Di Saudi Arabia? Bukan di Negara bagian-bagian lainnya, yang biasa kita kenal dengan sebutan Negara timur tengah, kok bukan di Negara selain itu?” seperti itulah pertanyaan yang dilontarkan teman saya.

Dan akhirnya, jawabannya ialah

“Alasannya, mungkin Allah memiliki alasan tertentu kenapa banyak Nabi dan Rasul di turunkan di Negara bagian timur tengah, yang salah satunya ada seperti Saudi Arabia, Israel, dsb. Ibaratnya tubuh yang sakit, tentu apabila ada bagian yang diberi obat terus menerus, berarti itu salahsatu bagian yang paling parah, paling rusak, bukan? Sama halnya dengan Negara di bagian timur tengah, jangan diambil keseluruhan, tapi ada sebagian yang juga tidak termasuk golongan orang-orang yang watak keras, dan hidup dalam keglamouran. Kecuali Bani Israel, yang sudah jelas-jelas tertulis dalam Kitab Suci Al-Qur’an”

Lanjut dengan bagian tubuh yang sakit itu, “Bukan karena Nabi dan Rosul yang diturunkan di bagian timur tengah itu adalah kaum yang beruntung karena dari sana, lahirlah dan turunlah utusan Allah. Bukan. Bukan demikian. Ibarat tubuh tadi, kalau ada salahsatu bagian yang dikasih obat terus (Nabi dan Rosul) itu bukanlah bagian yang baik-baik saja, namun bagian yang amat sakit.”

Hingga akhirnya saya mengaitkan kejadian tersebut dengan ayat suci Al-Qur’an Surat Al-Isro’ ayat 26-27. It’s okey bebas-bebas saja mau memamerkan hidup dan gaya mewah ala Raja, Pangeran dan rombongan. Tapi setidaknya, kemewahan itu bisa digunakan untuk hidup yang lebih sederhana.

Padahal, Nabi Muhammad saja menggunakan kekayaan yang dimilikinya sebagai salahsatu bahan bakar untuk berdakwah, beliau pun juga hidup dalam kesederhanaan, bukan dengan kemewahan. Eman sekali kalau saja, liburan itu digunakan untuk ajang bermewah-mewah. Karena masih banyak kan, muslimin yang taraf kehidupannya di bawah rata-rata. Bisa saja kan disumbangkan untuk berderma seperti di Negara-negara muslim, Suriah, Palestina, dll.

 
Sumber : Pixabay

Mungkin dari tulisan ini, kita bisa ambil kesimpulan. Semampunya kita, usahakan untuk tidak menghambur-hamburkan harta yang dimiliki. Jangan lupa untuk bagian orang-orang yang membutuhkan, serta jangan sombong, karena kesuksesan dan apa yang kita peroleh itu adalah lantaran tangan Tuhan. Banyak-banyak bersyukur. Tentunya, hal itu masih juga menjadi Pe.er terbesar buat saya juga. Semoga bisa menjadi cermin juga supaya saya bisa terhindar atau ingat akan peringatan QS. Al-Isro’ ayat 26-27 itu.

Semoga postingan tentang Mutiara Hikmah Jumat eps. 2 tentang Antara Kisah Nabi Sulaiman, Qarun, dan Surat Al-Isro’ ayat 26-27 ini bisa bermanfaat. Dan jangan lupa tinggalkan komentar, serta kripik manis, maupun pedasnya ya, gaes.

Happy Jum’at Mubarak,

Wringintelu, 3 Maret 2017
Khoirur Rohmah

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca dan berkunjung kemari.
Salam kenal, jangan lupa tinggalkan komentar kalian ya, supaya bisa berkunjung balik. Hhee. ^_^

Chingudeul