‎ ‎
personal lifestyle blogger jember

Ketika Seruan ‘Hei!’ dari Rumah Belajar Papua Hei, Menjadi Cahaya di Tanah Cendrawasih


“The one thing that kids need is consistency.” — Julianne Moore
"Sampai sore tadi, kami masih diberikan kesempatan yang sama.
Syukur kepada Tuhan, yang memberi kami wadah untuk saling berbagi dan belajar.

Satu kali di setiap minggunya, secara konsisten, kami belajar untuk bertumbuh."

rumah belajar papua hei di jayapura
Relawan Pengajar Rumah Belajar Papua Hei bersama anak-anak didik
(Sumber: Instagram @papuaheiofficial)

Gambar di atas merupakan potret kegiatan di Rumah Belajar Papua Hei. Dalam foto yang diunggah pada tanggal 20 September 2019 di Serui ini, salah seorang relawan pengajar yang merupakan pelajar SMA dengan mengenakan seragam pramuka tersebut, tengah asyik bermain bersama anak-anak.

Sebelum akhirnya lahir Rumah Belajar Papua Hei ini, ada seorang perempuan inspiratif, yang prihatin akan kondisi pendidikan di tempat tinggalnya yaitu, Jayapura, Papua. Berangkat dari itu, menjadikannya sebagai motivasi untuk dapat menciptakan lingkungan yang positif untuk anak-anak.

Langkah pertama yang Ratna Catur Hastuti lakukan adalah dengan mengadakan les gratis yang ditujukan untuk anak-anak SMA. Dengan hadirnya mereka, diharapkan bisa sama-sama bergandengan tangan dan terlibat untuk membangun pendidikan di Papua. 

Dengan kerja keras dan perjuangan Ratna bersama para relawan yang merupakan pelajar SMA itulah, yang akhirnya tercipta sebuah komunitas yang memberikan nyala dan cahaya untuk anak-anak Papua, dengan nama Papua Hei. Atau Rumah Belajar Papua Hei.

Potret Kondisi Pendidikan di Papua 

Keprihatinan Ratna Terhadap Pendidikan di Tanah Cendrawasih

"Apakah sebangsamu akan kau biarkan terbungkuk-bungkuk dalam ketidaktahuannya? Siapa bakal memulai kalau bukan kau?" - Pramoedya Ananta Toer"
Pendidikan adalah sebuah benih harapan, dan nyala terang bagi anak-anak di tanah timur, untuk menjadikan dan membuat mereka bertumbuh, belajar, dan menemukan jati diri demi masa depan yang lebih baik.

perjalanan mencari murid untuk bergabung di komunitas papua hei

Namun realitanya, pendidikan di Indonesia bagian Timur, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Seperti keterbatasan jumlah guru, sarana dan prasarana, rendahnya kesadaran akan pentingnya sekolah, bahkan aneka ragam persoalan sosial lainnya, yang membuat sebagian masyarakat, mengalami kesulitan dalam mengakses pendidikan yang belum sepenuhnya merata. 

Kondisi inilah yang telah Ratna Catur Hastuti lihat, temui, dan saksikan ketika mendampingi suaminya, Bapak Pulung, yang juga menjadi penasehat Rumah Belajar Papua Hei, saat ditugaskan di Tanah Cendrawasih, pada tahun 2016.

ratna catur hastuti

Perempuan yang merupakan alumnus Universitas Gajah Mada Yogyakarta, yang lahir di Yogyakarta, 23 Juni 1980 ini, kerap kali melihat anak-anak yang termasuk usia sekolah, justru ikut orangtuanya bekerja. Kejadian tersebut tidak hanya terlihat sehari dua hari saja. Bahkan ada yang setiap hari. Sehingga mengesampingkan sekolah, ditambah lagi banyak sistem pendidikan yang memang kurang.

“Pendidikan bukanlah proses mengisi wadah yang kosong. Pendidikan adalah proses menyalakan api pikiran” – W.B. Yeats
Ratna yang sebelumnya tinggal di Malang, Jawa Timur ini, telah lebih dulu berkecimpung di dunia pendidikan. Begitu berada di Tanah Timur, merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu yang tentunya berkaitan dengan pendidikan. Sebab menurutnya, pendidikan bukan hanya tentang membaca, menulis, berhitung, namun juga menjadi jalan untuk anak-anak dapat mengenal serta menggali kemampuan dan  potensi diri, supaya dapat menjadi manusia berdaya.

Dari keprihatiannya tersebut, Ratna mulai menggagas sebuah komunitas dengan mengajari para remaja yang duduk di bangku SMA pada pagi hari, selanjutnya, saat sore hari, mereka akan diajari untuk mengajar anak-anak kecil. Hingga akhirnya terbentuk Rumah Belajar Papua Hei, yang sampai sekarang menjadi tempat anak-anak untuk belajar, bermain, serta menumbuhkan nyala harapan di Tanah Cendrawasih.

Jalan Terjal Saat Mengajak Anak-Anak Bergabung di Rumah Belajar Papua Hei

Banyak Anak Usia Sekolah, Tidak Sekolah

Menurut dosen Universitas Negeri Papua (UNIPA), Dr. Agus Sumule. Beliau mengatakan, ada sekitar 620.000 anak Papua yang masuk dalam kategori Penduduk Usia Sekolah (PUS) yang tidak bersekolah. bahkan di tahun 2024 bertambah 70.000 hingga menjadi 693.000 anak. 

Selain karena sektor pendidikan di Papua memang terkepung dari berbagai persoalan. Dari sisi geografis pun, banyak anak-anak yang jarak sekolahnya sangat jauh. Sehingga mereka harus berjalan kaki untuk belajar. Bukan hanya itu saja. Faktor dukungan orangtua untuk anak-anak dapat memperoleh pendidikan yang layak juga kurang. Padahal pendidikan yang sangat penting untuk anak mereka.

"Kalau saya mengatakan, Papua itu musuhnya ada tiga. Yang pertama, malas. Yang kedua, mabuk. Yang ketiga, mencuri," cerita Ratna penuh rasa simpati.

Ratna juga menyadari adanya permasalahan sosial yang menjadi penghambat anak-anak di Papua untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Termasuk karena karakter masyarakat yang harus berjuang menghadapi keterbatasan, turut menjadi tantangan dalam memajukan pendidikan di Papua.

Sehingga banyak dari anak-anak yang menghabiskan waktu kurang bijaksana, seperti dengan bermain, berkeliaran, atau membantu pekerjaan domestik orangtua.

Melihat kenyataan itu, membuat Ratna terpanggil untuk melakukan sesuatu, bukan hanya menyaksikan tanpa bertindak. Namun dengan mendorong anak-anak untuk dapat mengenyam pendidikan sesuai usianya.

Menekankan Pendekatan Dengan Menggunakan Hati


"Segala sesuatu yang dilakukan dengan hati, sudah tentu akan menyentuh hati lainnya" - Ratna Catur Hastuti

Ratna bersama Rumah Belajar Papua Hei hadir dengan menggunakan pendekatan secara humanis. Hal ini dilakukan, karena menghadapi kerasnya sebuah realitas, tidak harus dengan kekerasan, melainkan dengan hati. Sebab di tanah yang keras sekalipun, tentu kasih akan selalu bisa tumbuh.

sebutannya ratna aunty

Ratna juga tidak menekankan anak-anak untuk menyebutnya dengan "Bu Guru", melainkan dengan sebutan "Aunty". Hal ini bertujuan agar hubungan yang tercipta bersama anak-anak menjadi lebih hangat dan terbuka. Sehingga belajar bukan menjadi sebuah kewajiban, melainkan dengan pengalaman yang menenangkan.

Dengan cara tersebutlah, perempuan yang hobi membaca buku, berenang, dan senang berbagi ilmu untuk anak-anak ini yakin. Kalau energi positif yang diberikan untuk anak-anak, dapat menumbuhkan kasih sayang, dan bisa menciptakan rasa percaya mereka untuk dapat menyerap setiap kebaikan yang ditanamkan.

Tantangan yang Menguatkan

"Memang niat baik tidak selalu disambut dengan baik. Di tempat lokasi mengajar, juga pernah kita diusir dengan satu dan lain hal alasannya," - Yosefa Anandita Dea Rahmawati, Relawan Pengajar di Papua Hei
Dalam sebuah wawancara siaran langsung, salah satu relawan pengajar di Rumah Belajar Papua Hei, sekaligus menjadi Ketua Umum atau Koordinator Umum untuk wilayah Papua, Yosefa Anandita Dea Rahmawati yang terlah bergabung sejak tanggal 14 April 2020 dan memiliki cita-cita sebagai guru ini, mengatakan terkait pengalaman saat diusir oleh masyarakat karena tidak diterima keberadaan Papua Hei. 

Namun Yosefa meyakini, dari hal itulah mereka bisa mendapatkan pelajaran, untuk tidak patah semangat dengan tantangan apapun. Karena Tuhan akan hadirkan lagi, lokasi lagi untuk anak-anak dapat belajar lagi.

Hal yang sama juga pernah dialami Ratna Catur Hastuti dalam memperjuangkan pendidikan melalui Papua Hei. Penolakan dan pertentangan, bahkan sampai makian pernah ia dapatkan ketika menyelenggarakan kegiatan di salah satu daerah di Papua.

Seperti yang juga Yosefa katakan, dengan penolakan yang dihadapi, justru membuat Ratna makin semangat untuk terus menebar kebaikan dan memberikan dampak positif kepada orang lain, termasuk anak-anak. Sekalipun ada saja kendala yang menghalangi jalannya.

Panggilan "Hei" sebagai Ajakan Mari Belajar untuk Anak-Anak Papua

Alasan mengapa tersemat kata "Hei" dalam Rumah Belajar Papua Hei ini, karena "Hei" bermakna memanggil. Hal ini selaras dengan tujuan  Komunitas Papua Hei untuk memanggil anak-anak Papua supaya bisa belajar bersama. 

di tempat inilah komunitas papua hei terbentuk

Sehingga di tanggal 10 Maret 2016, di Jayapura lahirlah komunitas dengan gerakan literasi yang tumbuh karena cinta dari Ratna untuk anak-anak sekitar yang belum mendapatkan akses pendidikan atau pembelajaran yang layak. 

"Hei" mari belajar juga menjadi tanda ajakan untuk siapapun dapat menyentuh dunia anak-anak Papua dengan ilmu, dan juga kasih.

Proses Pembelajaran di Rumah Belajar Papua Hei


komunitas papua hei saat di jayapura

ratna catur hastuti mengajari anak-anak

Awalnya, Rumah Belajar Papua Hei, atau Komunitas Papua Hei ini dilaksanakan di Jayapura. Namun, ketika tahun 2018, saat Ratna Catur Hastuti mendampingi suami pindah tugas di Serui, Yapen, ia tetap melanjutkan pembelajaran dengan membuka cabang "Papua Hei" di Serui.

Sebagai Ketua Persit Kartika Candra Kirana (KCK) cabang XXII Kodim 1709/Yapen Waropen. Ratna ikut menggerakkan para ibu untuk terlibat aktif dalam mendukung pendidikan anak-anak di Papua.

Proses pembelajaran di Rumah Belajar berlangsung setiap satu Minggu sekali. Kegiatan ini diselenggarakan di Hari Sabtu Sore, menuju kampung-kampung yang menjadi titik lokasi yang telah ditetapkan. Waktunya pun bervariasi, Mulai dari Jam 13.00 WIT  sampai jam 17.00 WIT, atau dari jam 15.00 WIT sampai jam 17.30 WIT.

Rumah Belajar Papua Hei Indonesia masih berjalan dan berlangsung kegiatan belajarnya hingga saat ini, dan posisi relawan pengajar terbuka lebar bagi siapapun, termasuk jiwa-jiwa yang memiliki niat, dan hati yang tulus untuk melayani pendidikan di Tanah Cendrawasih.

Program Yang Dijalankan dan Orang Yang Terlibat dalam Rumah Belajar Papua Hei


Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu, - Ki Hajar Dewantara
Di Rumah Belajar Papua Hei, para relawan pengajar, termasuk Ratna Catur Hastuti, mengajak anak-anak untuk tidak hanya belajar saja. Melainkan dengan membagikan makanan atau minuman susu untuk menambah gizi mereka, memberikan sesi sharing untuk mengetahui kemampuan dan karakter anak, serta menekankan untuk meningkatkan Nasionalisme anak-anak melalui upacara bendera sebelum dan setelah pembelajaran.

Pembelajaran yang dilaksanakan di Rumah Belajar Papua Hei juga berbeda dengan materi yang biasa diterapkan di sekolah. Di sini, anak-anak diajak untuk mengetahui bagaimana caranya membaca yang benar seperti apa, menulis,  dan juga menghitung

anak-anak di  papua hei

Komunitas Papua Hei juga kerap kali mengadakan lomba untuk anak-anak maupun pelajar di Papua. Seperti lomba antar pelajar se-Kabupaten Kepulauan dalam rangka Hari Anak Nasional, Tahun 2024. Lalu menggelar lomba Kebhinekaan yang diikuti oleh pemuda dan pemudi Papua di Jayapura, Papua.

Selain itu dalam merekrut relawan pengajar, Yosefa Anandita mengatakan: ada dua metode yang digunakan. Seperti: yang sudah menjadi pengajar, mengajar orang terdekat. Serta dengan melakukan rekrutmen lalu diadakan pelatihan sebelum akhirnya terjun langsung untuk mengajar anak-anak.

Para relawan pengajar juga memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Bahkan ada pula anak SMA yang termasuk orang Papua langsung. Salah satunya yaitu Yunira, yang merupakan peserta didik pertama Ratna di Komunitas Papua Hei di Jayapura.

yunira anak papua hei

Tiap tahun, para relawan pengajar juga menghimpun adik-adik yang ingin masuk ke perguruan atau pendidikan yang lebih tinggi lagi untuk belajar bersama. Mereka juga mengadakan tes MBTI untuk mengarahkan adik-adik akan ke arah mana nantinya. Mereka fokus agar anak-anak bisa mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Terlebih untuk anak yang mempunyai kemampuan tinggi untuk mengejar mimpinya.

Titik Lokasi Rumah Belajar Papua Hei

Waktu bukan hanya sekedar menentukan berapa banyak uang yang saya dapat, tapi lebih dari itu. Waktu menentukan seberapa bermanfaatnya saya. - Yosefa Anandita Dea Rahmawati

Berjalannya waktu, Rumah Belajar Papua Hei bisa sampai pada titik kelas belajar mengajar yang tersebar di beberapa lokasi di Papua. Bahkan jumlah muridnya kalau digabung bisa mencapai 100 lebih anak. Dengan jumlah relawan pengajar bisa sampai 30 orang di tahun 2022.

Di Kepulauan Yapen memiliki kelas di Sarawandori, Kota Serui, Menawi, Wadapi, dan Serui Laut. Sedangkan di Jayapura, Papua Hei berada di lokasi Kota Jayapura, Abepura, dan Sentani. 

belajar di rumah panggung di atas laut

kelas papua hei di kampung sarawandori

Namun, saat ini, di tahun 2025 untuk kelas yang masih aktif di Rumah Belajar Papua Hei, kata Yosefa Anandita, ada di tiga tempat di Kepulauan Yapen yang telah berlangsung sejak awal tahun 2018, yaitu berasa di Kampung Sarawandori dan Aromarea, serta di Jayapura berada di Kampung Gersen yang sudah berjalan mulai tahun 2022. 

Karena ada beberapa tempat yang kerjasama dengan pihak lain. Setelah kerjasama selesai, Papua Hei tidak bisa melanjutkan karena keterbatasan relawan dan jarak tempuh yang lumayan jauh. - Yosefa Anandita Dea Rahmawati
Masih ingat salah satu hal yang membuat Yosefa tergerak juga untuk menjadi relawan pengajar di Papua Hei, dikarenakan, saat di Kampung Sarawandori dan Aromarea, masih mendapati anak yang berusia 9 sampai 14 tahun belum bisa membaca, ada yang bisa namun masih mengeja.

Penghargaan SATU Indonesia Awards dari Astra untuk Rumah Belajar Hei

salahsatu penghargaan yang diterima ratna catur hastuti

Bermula dari pembelajaran yang diadakan di tempat tinggal Ratna Catur Hastuti, lalu di kelas-kelas sekolah, hingga di rumah panggung yang ada di atas laut, yaitu di Kampung Sarawandori. Rumah Belajar Papua Hei mendapatkan penghargaan atas dedikasi pendiri beserta para relawan pengajar untuk pendidikan anak-anak di Papua.

Di Tahun 2018, Rumah Belajar Papua Hei meraih penghargaan Reading Community Competition, dan Penghargaan Penggerak Pendidikan Indonesia Kategori Peduli. Lalu, di lima tahun setelahnya, yaitu di Tahun 2023, Ratna berhasil menjadi penerima penghargaan apresiasi SATU Indonesia Awards dari Astra. 

Hingga di tahun setelahnya juga, yaitu tahun 2024, Rumah Belajar Papua Hei mendapat apresiasi yang serupa, yang diwakili oleh Laura Marisa Siagian, yang juga merupakan relawan pengajar di Papua Hei.

laura marisa siagian

"Saya bersyukur menjadi bagian dari Komunitas Papua Hei selama saya mengabdi di Papua. Melalui komunitas ini, saya bertemu mutiara-mutiara Papua yang punya semangat dan daya juang yang tinggi untuk belajar. 

Sayangnya, saya melihat realita bahwa mereka terbatas akan fasilitas dan infrastruktur akademis maupun non akademis. Meski demikian, mereka tetap mau memanfaatkan apa yang tersedia bagi mereka, dengan maksimal. 

Hal itulah yang membuat hati saya terus hangat dan mau untuk mengajar di Komunitas Papua Hei pada Sabtu sore". Ujar Laura atau Kak Ola yang bergabung sejak Februari 2019, saat menjelaskan testimoninya saat menjadi relawan pengajar di Papua Hei

Saya sadar, bahwa Komunitas Papua Hei ini bukan hanya wadah "belajar" untuk anak-anak Papua. Namun juga untuk relawan yang terlibat di dalamnya. - Laura Marisa Siagian


SATU Indonesia Awards ini adalah gelaran penghargaan yang telah ada sejak tahun 2010 ini, menjadikan kesempatan bagi anak muda untuk dapat berkontribusi melalui program inovatif mereka, dari berbagai bidang. Seperti kesehatan, kewirausahaan, pendidikan, teknologi, dan lingkungan. Tentunya di sini mereka akan diminta untuk menyampaikan sejumlah langkah, serta apa saja program inspiratif yang telah dilakukan, dengan tujuan kebaikan bagi masyarakat.

Melalui SATU Indonesia Awards ini, selain memberikan dukungan berupa dana pembinaan, Astra juga menjadi ruang untuk belajar, terhubung, dan berkolaborasi dengan program spesial Astra, seperti Kampung Berseri Astra, dan Desa Sejahtera Astra.

rumah belajar papua hei menjadi gerbang anak-anak mengenal dunia

Kehadiran Rumah Belajar Papua Hei ini, menjadi sebuah langkah yang membawa harapan, agar anak-anak di pelosok Papua, bisa merasakan keajaiban untuk pertama kalinya mengenal huruf, angka, membaca cerita, serta berhitung. Kesempatan ini pun menjadi pintu baru untuk membuka cahaya literasi bagi mereka, anak-anak Papua.

Masih Ada Harapan untuk Pendidikan Anak-Anak di Papua

"Semoga bisa terus berkembang, berdampak bagi anak-anak Papua. Pun semoga anak-anak peserta didik dan relawan, bisa meneruskan kasih yang telah didapatkan, untuk orang-orang di luar sana. Semoga orang-orang atau lembaga bisa mendukung pendidikan di Papua, supaya pendidikan di Papua tidak tertinggal, serta mendapatkan kesempatan pendidikan yang sama seperti anak-anak di wilayah barat." - Harapan dari Yosefa 

yosefa anandita dea rahmawati

Melihat bagaimana perjuangan Ratna Catur Hastuti, Yosefa Anandita Dea Rahmawati, Laura Marisa Siagian, Yunira, dan para relawan pengajar lainnya di Rumah Belajar Papua Hei. Membuat saya percaya, jika Indonesia, khususnya di Tanah Timur tidak kekurangan nyala terang cahaya. Hanya saja, butuh lebih banyak orang yang mau menyalakannya.

Mereka yang berada di balik Rumah Belajar Papua Hei telah membuktikan, jika seruan kecil, "Hei" ini, mampu menggerakkan hati banyak orang. Apalagi, di tengah dunia yang sibuk mencari arti kesuksesan itu seperti apa.

Belajar dari Papua Hei, yang lahir karena gerakan yang terus menyalakan harapan. Sebuah komunitas yang menunjukkan jika perubahan bisa datang dari langkah kecil, namun mau bergerak bersama, untuk tujuan yang sama. Dan dari sinilah tumbuh dampak yang dapat menghidupkan masa depan anak-anak Papua. 

pendidikan di papua

Karena, selama masih ada satu hati, satu orang yang ingin berbagi dan peduli, satu tangan yang mau menuntun, serta masih ada satu anak yang ingin belajar, yakin pendidikan di Tanah Cendrawasih bisa terus bertumbuh ke arah yang lebih baik. Semoga...

#APA2025-BLOGSPEDIA
#SatukanGerakTerusBerdampak #KitaSATUIndonesia

Referensi:
  • Direct Message Instagram Laura Marisa Siagian
  • Direct Message Instagram Yosefa Anandita Dea Rahmawati
  • Akun Instagram @papuaheiofficial
  • https://www.idntimes.com/life/inspiration/perjalanan-inspiratif-ratna-catur-hastuti-untuk-pendidikan-00-hprr8-hjhqv8
  • https://akupunmenulis.wordpress.com/2024/11/10/perjalanan-ratna-menyalakan-lentera-aksara-di-tanah-papua/
  • https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/10/03/dari-panggilan-hei-lahir-gerakan-literasi-yang-menyalakan-semangat-belajar-anak-anak-papua
  • https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/10/13/dari-panggilan-hei-jadi-gerakan-kiprah-laura-marisa-siagian-menyalakan-literasi-di-papua
  • https://rri.co.id/daerah/647891/emansipasi-wanita-dalam-dunia-pendidikan
  • https://kabarpapua.co/komunitas-papua-hei-gali-potensi-anak-yapen-lewat-lomba-han-2024/
  • https://theeast.co.id/2021/03/02/ingatkan-pentingnya-persatuan-rumah-belajar-papua-hei-jayapura-gelar-lomba-kebhinekaan/
  • https://jubi.id/penkes/2024/jumlah-penduduk-tidak-bersekolah-di-tanah-papua-bisa-tembus-1-juta-orang/

 

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca dan berkunjung kemari.
Salam kenal, jangan lupa tinggalkan komentar kalian ya, supaya bisa berkunjung balik. Hhee. ^_^

Chingudeul