‎ ‎

Single Trip? Why Not





Bismillaahirrohmaanirrohim...
Halo gaes, pernah kah kalian pergi ke suatu tempat sendirian? Tempat yang jarang kamu jamah, dan kamu eksplor? Akankah kamu merasa khawatir, takut, cemas, easy going, atau malah udah mengantisipasi kalau ada apa-apa di tengah jalan nantinya? Nah, secara wajar, kalau pertanyaan di atas diajukan kepada saya sih, saya bakalan jawab, nggak berani, takut, khawatir, cemas, iya juga, campur aduk lah.


Nah, hal itulah yang kualami saat pulang dari Bali, hari Kamis, 23 Maret 2017 kemarin. Tepatnya, setelah acara Kelas Inspirasi Bali 4 berlangsung, saya langsung menuju ke rumah kakak di Tabanan, itu pun saya dibiarkan pergi sendiri sama kakak pembimbing saya. Dan saya mah apa atuh, jalan Bali aja buta banget, apalagi jalan menuju hatimu. Eaakkk. Hihihihi


Yaudah lah, pas mau ke Tabanan aja, saya dicarikan sopir Grab Car yang sering jadi langganan Kakak Fasilitator acara Kelas Inspirasi Bali di Rombel saya. Kak Hilda sudah khawatir mulai Senin malam, gimana cara antar saya ke Tabanan. Sedangkan posisi saya saat itu terkapar lemas karena mabuk darat di kosannya. Akhirnya, Kak Hilda dan Kak Dita – salahsatu relawan pengajar yang serombel juga – memberi solusi untuk naik Uber, Gojek, atau Grab, gitu.

Sebagai remaja yang benar-benar buta jalan Denpasar, ya manut aja saya. Gimana jalan terbaiknya sehingga aku dan kamu bersatu saya bisa sampai ke Tabanan Kota hari Selasa siang. Akhirnya, ketika Selasa pagi kian terik, Kak Hilda mencari moda transportasi yang cocok buat saya, buat kantong, mudah dijangkau, sekaligus bisa mengerti saya yang pemabuk berat.

Pilih Gojek? Tapi sayangnya Kota Tabanan tempat kakak berada, terlalu jauh rutenya, melebihi batas yang ditentukan, dan pilihan terakhir jatuh ke Grab Car. Beberapa menit kemudian, bapaknya datang. Segera barang-barang saya diangkat, pamitan, dan wuss... saya cus ke Tabanan.

Bismillaahirrohmaanirrohim... begitu ucap saya. FYI, naik Grab Car dari Denpasar ke Tabanan merupakan pengalaman pertama saya naik mobil seperti layaknya mobil sendiri dan sopir sendiri. Sugoi... kalau mah di tempat tinggal saya bersikap demikian, tentu bakal kena omel orang rumah, euy. Wkwkwkkwk. Tak apalah, yang penting selamat sampe tujuan. Amin...

Sepanjang perjalanan, saya banyak mengobrol dengan bapak sopir tersebut yang berumur beberapa tingkat dari saya. Orang asli Banyuwangi, dan masih banyak lagi perbincangan yang kami bicarakan. Tapi tentunya, saya tak banyak membeberkan apa-apun secara lebih, maupun detail kepada bapak sopir tersebut. Yah, jaga aman aja ya gaes. Pengalaman pertama itu mah, bener!!!

Mau nyampek Jl. Anyelir Kota Tabanan? Itu kek nyari jarum di lembaran buku, masih ngeraba-raba, walaupun sudah dipandu pakai Google Maps, terus baca ancer-ancer yang diberi kakak saya, tapi masih belum menemukan hasilnya. Bahkan bapak sopirnya aja bingung, dan sesekali bilang “Iya ini jalan Anyelir mbak, tapi kok saya nggak ngelihat Perum ini ya, sambil nunjuk nama perumahan kompleks kakak, di hape saya”.

Hingga kami nyasar ke sebuah jalan yang jauh banget dari Perum Puskopad yang dimaksud kakak. Akhirnya, kakak saya nelfon dan jelasin lebih rinci, sekaligus memandu bapak sopir ke jalan Anyelir, Perum Puskopad yang dimaksud. Yuhuu... nemu juga belokan yang saya masih ingat jelas, gaes. Belokan yang mengantarkan saya pada sebuah rumah mungil yang bentuk dindingnya ada berupa bintangnya. Pelajaran banget bagi kita nih gaes, sepintar-pintarnya Google Maps buat nunjukin arah ke tempat yang kamu mau, jangan terlalu percaya banget lah ya, pelajari juga secara kasat mata, dan realitas jalan yang ada di depan kita. Seperti halnya hubungan, jangan kasih dia kepercayaan lebih, bahkan hingga 100%.  BIG NO!!! Oke fix,  balik ke topik.

Syukur alhamdulillah, saya bisa berjumpa dengan kakak ipar dan juga keponakan. Hal itu merupakan salahsatu anugerah saya, bisa sampai ke tempat tujuan dengan naik mobil khusus yang jarang saya tumpangi, bahkan nggak tahu nama-nama tiap jalannya, walaupun nih ya saya bisa baca aja itu plang nama jalannya. Tetap aja khawatir, takut ntar dibawa ke jalan yang salah, atau malah pergi ke tempat yang nggak tentu arahnya. Bisa berabe kan pemikiran saya?

Akhirnya bisa kumpul lagi dengan kakak :*

Urusan ke Tabanan, lancar. Dan begitu pulang atau balik lagi ke Jember, itu malah jadi tantangan besar bagi saya, gaes. Oke. Kenapa demikian?
- Pulang sendiri, karena soulmate waktu berangkat ke Bali pulang lebih dulu
- Bakalan cari bis yang langsung menuju Jember
- Khawatir mabuk perjalanan dan nggak ada yang nolongin puk-puk,
- Takut ada semacam premanisme, atau pelecehan seksual selama dalam perjalanan.
- De-el-el

Begitulah bayangan saya saat ketika akan balik ke Jember. Dengan tekad sebesar baja, saya beranikan aja balik sendiri, iya, sendiri. Hal yang amat sangat ragu  saya pilih ketika bepergian. Tapi kalau nggak ambil jalan ini, saya nggak akan bisa sampai rumah, dan kerja, karena sudah dinanti sama bu bos yang siap berceramah karena saya pergi lebih sehari dari jangka waktu yang ditentukan. Wkwkwkwk Jangan ditiru!!!

Nungguin bis sampai lumutan. Tapi nggak akan lumutan kok kalau harus nungguin kamu. *Glek!!!

Berangkat jam 8.15 dari rumah kakak, menuju jalan raya besar untuk menunggu bis jurusan Jember langsung terasa amat sulit ternyata. Tak seperti ketika saya balik ke Jember dari Bali, tahun 2015 lalu. Emang busnya banyak yang berseliweran. Tapi ya gitu, kebanyakan bus kecil yang jurusan Gilimanuk. Jadi, kalau naik bis tersebut, saya turun ke Gilimanuk, dan akan numpang ke Bis lain yang jurusan Jember ketika sampai ke dermaga.

Dengar-dengar dari Mbak Vita, teman saya berangkat ke Bali saat itu, dia bilang kalau dia dan temannya sempat adu cekcok saat di terminal Ubung ketika naik bis kecil yang akan membawa mereka ke Terminal Mengwi. Bahkan dari Gilimanuk, mereka diturunkan dan dipaksa dicek KTP temannya Mbak Vita karena dimintai keterangan karena suatu hal tertentu. Hingga akhirnya mereka sampai di Jember jam 11 malam. Wih... itu lama banget dah tentu pemeriksaannya.

Saya tinggalkan angan-angan jelek yang selalu terlintas tatkala menunggu kedatangan bis yang saya nanti. Baca sholawat sambil liat-liat hape, terus liat ke sandal yang saya kenakan. Uh... andai saya punya sepatu boots wanita casual yang bisa buat bepergian kek saya saat itu. Hiuhuu... lumayan lama juga bisnya tak kunjung datang. Hingga dia muncul sekitar pukul 9 lebih. Trus jadi kepikiran kakak yang rela ijin kerja demi seorang adik termenyebalkan di rumah. Hehee

Bismilah, dengat berat hati saya langkahkan kaki menuju bis dan mengucapkan selamat tinggal kepada kakak. Setelah itu, barulah saya mencari tempat yang pas untuk duduk, dan nemu di samping ibu-ibu berkerudung yang akan balik ke Banyuwangi. Beruntung sekali duduk di samping beliau. Karena emakable, karena memang sepuh, dan openable, perhatian banget gaes, dan satu lagi. Walaupun saya naik bis yang nggak ada AC ny, bisa dikatakan bis kelas ekonomi, saya yakin akan terhindar dari mabuk darat. Yakin!!! Karena sudah antisipasi untuk cegah mabuk ketika pulang nanti. Karena, sekalipun ada apa-apa di jalan nanti, bukan jadi jaminan jika nanti penumpang yang duduk di samping saya akan berbuat baik kepada saya, masih ragu-ragu. Tapi alhamdulillah saya nggak mabuk gaes. Bener dah.


Ini agak mendung ya gaes suasananya


Hal tragis yang amat saya takutkan ketika naik kapal laut menuju pelabuhan Ketapang. Saat itu, ibuk yang duduk di bangku sebelah saya enggan untuk ikut naik ke atas kapal. Dia lebih memilih berada di dalam bus dengan sebagian penumpang lainnya. Tapi saya, ingin menghirup udara segar serta melihat panorama alam lautan di Selat Bali itu.

Menapaki tiap tangga menuju kabin kapal, membuat saya mengedarkan pandangan ke tempat yang akan menjadi tempat saya beristirahat. Setelah menemukan tempat yang pas serta bisa melihat spot yang bagus, saya berhenti. Menyelami perjalanan sendiri saya. Ternyata lumayan asyik juga ya single trip itu? Jadi tantangan tersendiri, seberapa mandiri kita ketika berada di suatusi tertentu. Maklum, masih pertama kali single trip nih ya gaes. Hehee...

Jadi pengen punya dan ganti sepatu boots nih

Pemaandangan cantik di depan saya

Eh, pas enak-enak duduk, saya liatin sandal saya. teringat ketika akan berangkat ke Bali, saya tukeran sepatu dengan sepupu karena sepatu saya ukurannya kurang gede dikit sedangkan punyanya dia sizenya besar, cuman berat. Yaudah deh, saya nggak jadi bawa, tetap pakai sandal. Bayangan saya, kalau saja punya Sepatu Boots Wanita Casual sendiri, pasti nyaman banget lah ya buat jalan-jalan, apalagi pas dipakai buat acara cem Kelas Inspirasi ini. Hehee

 
Istirahat saya terganggu karena kedatangan seorang bapak-bapak yang dengan tatapan matanya mengarah ke saya dengan tatapan yang tak mengenakan gaes. Kalau ada situasi demikian, lebih baik menghindar, cari tempat aman, terus yang ramai pula. Catet ya gaes!!! Okelah saya langsung menghambur ke dalam kabin kapal dan duduk di samping ibu-ibu yang sedang bergerombol. Alhamdulillah, aman-aman.... hehee

Begitu suara sirine kapal mendekati Pelabuhan Ketapang, saya segera turun menuju bis, dan siap melanjutkan perjalanan ke Jember tentunya. Yang pasti, tetap jaga attitude, jaga diri, jangan mudah percaya dengan orang baru, jangan kasih informasi lebih ke mereka, atau membeberkan apapun tentang kalian terlalu detail. Save yourself on your single trip.

Saya sampai di rumah sekitar pukul 6 sore, waktu yang wajar, lebih molor dari dugaan, karena angkutan umum menuju kecamatan masih ada trouble, jadinya nunggu agak lamaan di Terminal Tawang Alun, Jember.

Oke gaes, itu aja sedikit, ehm, yakin sedikit?. Yah, sedikit dari cerita perjalanan sekaligus pengalaman pertaman saya melakukan single trip?. Semoga menginspirasi, dan mungkin ada yang mau share single trip kalian ke kolom komentar? It’s okay, no problem ya gaes. Semoga saya juga bisa ambil ibrah dari perjalanan ini. Supaya mendapatkan relasi, pengalaman, perlajaran, selama perjalanan menuju suatu tempat tertentu. So, Single Trip? Why Not.


Karangduren,
29 Maret 2017 : 00.28


Khoirur Rohmah




26 komentar

Terima kasih sudah membaca dan berkunjung kemari.
Salam kenal, jangan lupa tinggalkan komentar kalian ya, supaya bisa berkunjung balik. Hhee. ^_^
  1. perjalanan yang luar biasa.
    Jadi pengen jalan sendiri juga :)
    tapi, sy orangnya penakut :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Uhm.. jadi malu nih, hee
      Yuk mbak, dicoba skali-skali.
      Saya pun demikian sih orangnya, hee

      Hapus
  2. alhamdulillah aman lancar jaya sentosa sampai di bali ya mbaaak...

    aku belom pernah ngetrip sendirian niiiih.... kayaknya nggak dapet ijin dari ortu T_T

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah mbak, hhee
      Yuk kapan2 single trip mbak, siapin mental. eh hhee
      Ini terpaksa, mbak. Klo ga gitu jga ga bsa ke Jember lagi, hee

      Hapus
  3. Walo aku suka bgt traveling, tp blm pernah sekalipun sendiri :p. Pertama aku ga berani, kedua aku ga suka jg jalan sendiri :D. Tp kdg pgn sih mba sesekali nyobain.. Mau tau aja aku sanggub ato ga.. Drdulu traveling slalu ama suamiku soalnya ato ama temen2 :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya sih mbak, awalnya jga ga mau, takut ada apa2 di tengah jalan.
      Tapi, skali nyobain jadi pengen lagi single trip, tpi sulit dpet ijin orang rumah, hhee

      Hapus
  4. bootsnya kece, suka yang coklat, pernah single trip waktu ke Pontianak kemarin, agaks epi sih jadinya tapi jadi rasa petualangan

    BalasHapus
  5. ciye yang baru pulang dari bali. oleh olehnya donk mbak :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihiii... oleh-olehnya udah dibagi2kan ke temen sama sodara nih, gan
      hhee :D

      Hapus
  6. Wah, seru yak! Solo trip mmg beda rasanya dibanding ngetrip rame2. Ah, Jd kangen solo trip lagi nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hhee lumayan bikin takut sih mbak sbenere, soale prtama kali hee
      Hayuk hayuk single trip, mbak. hhee

      Hapus
  7. kalau sendirian itu yang penting waspada dan pede, jangan nampak kayak orang bingung atau takut, supaya nggak diganggu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh iya mbak, bener, waspada. hihii
      PAsang muka sangar, hee

      Hapus
  8. Single trip aku belum pernah coba mbak, tapi dulu masih ingat banget sering nonton bioskop sendiri. Eh nggak sering juga, beberapa kali tepatnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wehhe.. ngomongin bioskop, jadi kangen buat ke bioskop lagi, ihh hee

      Hapus
  9. Asyik ya mba khairurahma... kalau traveling sendiri kita bisa lebih fokus ya, namun harus lebih waspada apalagi cewe ya..harus waspada selalu deh, namun kalau tempatnya sudah sering didatangi dak masalah. rame rame juga seru ya mba..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, emang ga boleh siwer aja kalo pas single trip, kudu hati2 bener, hhe
      Rame-rame malah seru, hee

      Hapus
  10. Duh, bacanya jadi pingin. Sesekali memang butuh dan perlu juga ya songle trip :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, seperti ajang untuk me time tersendiri hhee

      Hapus
  11. sebaiknya jangan sendirian dek, gak asik loh, asik itu rerami, hehehe

    BalasHapus
  12. dulu lagi masih gadis sih sering traveling sendiri, kayaknay semenjak nikah belum pernah

    BalasHapus
  13. sama mbak, sering was-was kalau mau pergi ke tempat jauh baru pertama kali & sendirian. tapi selama kita enjoy sama perjalanan itu sendiri, was-was ilang dg sendirinya :)

    waaaa, ke bali sendirian? kece!

    BalasHapus
  14. wah seru cerita nya. semoga ada pendamping ya biar ada teman jalan nya *eh

    BalasHapus
  15. Wah ke Bali sendiri.
    Kalo aku nggak bakalan berani pergi sendiri, ngeriiiii *emak2 penakut.
    Btw itu sepatu boots warna krem keren lho.

    BalasHapus
  16. perjalanan yang seru mbak. jalan2 sendiri menyusuri suatu tempat, saya juga suka banget model perjalanan seperti ini.

    BalasHapus

Chingudeul