‎ ‎

Kakakku Panutanku

Kakakku Panutanku


Bismillaahirrohmaanirrohim

Halo sobats, menjelang akhir bulan Oktober nih kurang afdol kalau belum menuliskan postingan terbaru. Karena itu, malam ini aku ingin sedikit berbagi terkait parenting yang aku dapatkan di rumah. Walau kadang kala aku merasa berbeda dengan kakakku, tapi aku banyak belajar hal baik dari mereka. Maka dari itu, aku ingin menuliskan hal-hal yang membuat kakakku menjadi panutan untuk aku bisa sampai sekarang ini. Apa sih itu, simak terus ya.


Kamu pernah dengar nggak sih, kalau adik adalah fans pertama kakak. Setiap kakak melakukan apa, seringkali adik juga ikut melakukan yang kakak kerjakan. Jika hal baik sih nggak papa. Kalau hal buruk, bisa-bisa dimarahi sama orangtua. Kira-kira kamu juga pernah mendengarnya kah, sobats?


“Kepribadian anak bergantung dari urutan kelahiran. Proses tumbuh kembang anak sulung berbeda dengan adik-adiknya sehingga ia memiliki kepribadian yang lebih menurut, cerdas, dan bertanggung jawab” Huffington Post


Hal yang sama juga aku kerjakan dari beberapa kebiasaan yang kakak laki-lakiku kerjakan. Lebih banyak hal positifnya. Karena hal negatif saat aku kecil itu karena datang dari diriku sendiri yang nakal. Hahaaa. Sebenarnya kakak perempuanku juga banyak, tapi ketika aku kecil, lebih banyak menghabiskan waktu dengan kakak perempuan nomor 3 dan kakak laki-laki nomor 4. Sehingga, aku kerap kali meng copy-paste apa yang membuat kebiasaan atau hal-hal dari keduanya yang menarik di mataku, yang menurutku itu bisa terapkan. Tapi lebih banyak kebiasaan dari Mas, sih. Hehehee.


Baca juga : Ketika Anak Perempuan Tanpa Figur Ayah


Karena aku tidak pernah berada di posisi kakak, jadi aku kadang merasa iri ketika ibu memperlakukanku berbeda dengan kakakku. Tapi kejadian itu terjadi saat aku masih kecil yang membuatku berontak karena perlakuan ibu berbeda. Padahal ya itu, aku tidak berada di posisi Mas. Yang mana beliau adalah kakak laki-laki di antara saudara perempuannya. Beliau harus menjadi figur percontohan untuk adik sepertiku. Tentunya beliau pasti juga melewati hal-hal berat yang mungkin tidak akan dengan mudah menceritakan kepada keluarganya, apalagi pada adik yang egois seperti aku kecil dulu.


“Saya suka sedih setiap kali ada orangtua yang memberi beban seperti itu pada anak sulungnya. kamu anak sulung, kamu harus kasih contoh untuk adik-adikmu.”

“Seorang anak, tidak wajib menjadi baik atau pintar hanya karena dia sulung. Nanti yang sulung benci sama takdirnya dan si bungsu tidak belajar bertanggung jawab dengan cara yang sama. Semua anak wajib menjadi baik dan pintar karena memang itu yang sebaiknya semua manusia lakukan”  ~ Kutipan dalam Novel Sabtu Bersama Bapak oleh Aditya Mulia halaman 103, 104, 105.


Jika mengingat masa kecil dulu, aku memaklumi parenting dari latar belakang ibu. Tapi, dengan apa yang telah beliau contohkan kepada anak-anaknya, setidaknya bisa memberikan insight ketika aku memiliki anak nantinya. 


Baca juga : Air Doa Buatan Emak


Terlepas dari beragam drama yang aku kecil ciptakan sendiri, aku akan mengingat kebiasaan baik yang kakak lakiku kerjakan, dan berhasil aku tiru. Karena aku menganggap bahwa Mas itu keren. Sehingga, aku dengan senang hati ingin mencoba supaya bisa meneruskan jejak baik yang dikerjakannya. Apa saja kebiasaan atau hal yang telah kakak lakiku kerjakan yang membuatnya panutanku itu? Baca terus yuk.


1. Belajar Komputer

Untuk pertama kalinya aku belajar komputer dari kakak di sekitar tahun 2005-an. Bahkan Mas sampai membuat les komputer di rumah. Aku ingat saat itu aku mengajak dua temanku untuk belajar komputer tambahan setelah pulang sekolah di Mas. Bekal itulah, aku dengan mantap memilih ekstrakurikuler Teknik informatika saat duduk di bangku Madrrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. 


2. Menjadi Guru

Walau belum kesampaian untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi seperti kakak, tapi pada kesempatan tertentu aku senang ketika menjadi orang yang berbagi pengetahuan terkait materi tertentu di depan siswa. Karena Mas menjadi guru ketika aku masih SD hingga aku lulus MA. Oleh sebab itu, saat aku masih sekolah, dengan sangat antusias ikut ekskul yang bisa dekat dengan adik-adik. Seperti saat PPL di Banyuwangi dengan menjadi tutor Bahasa Inggris untuk anak SD maupun SMP. Tidak berhenti di situ, aku juga ikut Kelas Inspirasi di kotaku agar bisa berbagi profesiku pada siswa-siswi sekolah dasar.


3. Ikut Pramuka

Saat aku kecil, senang sekali ketika kakak dan teman-temannya saat ikut penempuhan mereka mampir ke rumah. Bahkan sering Mas pulang sore hari karena baru saja mengikuti kegiatan Pramuka di SMA. Hal tersebutlah yang akhirnya membuatku juga ikut bergabung di sekolah yang sama dengannya, pun orang-orang yang terlihat dalam pramuka tersebut juga kenal kakak. Tapi sayangnya, di Pramuka aku tidak bisa seperti kakak. Jelas, hehheee…


4. Menjadi MC

Tidak mudah untukku yang kurang percaya diri berada di tempat umum dan menjadi pusat perhatian. Karena ada pengalaman ikut lomba pidato, malah aku nge-blank. Tapi, pada kesempatan tertentu tenyata aku bisa mencoba menjadi pembawa acara dalam salahsatu kegiatan yang ada di desaku. Meski begitu, masih tidak bisa se-lues kakak menjadi MC dalam beberapa kegiatan yang diadakan di desa salahsatunya.


5. Membaca Buku

Haus buku, haus belajar, ya itu Mas. Dengan buku-buku yang dimilikinya, aku sering membacanya. Walau kadang terlalu berat pembahasannya. Seperti buku Bahasa Inggris, hingga buku motivasi yang lebih banyak mendominasi meja belajar kakak. Tapi yaitu, intensitas membaca tetap kalah sama kakak. Hahaaaa….


Baca juga : Rekomendasi Buku Parenting


Dari hal-hal tersebut, aku jadi semakin yakin, sekalipun aku copy-paste hal yang kakak kerjakan, tetap tidak akan bisa semaksimal seperti yang dilakukannya. Karena sifat, bakat, dan juga kepribadian yang berbeda. Meski demikian, aku tetap bangga dengan memilikinya sebagai panutanku. Banyak-banyak terima kasih padanya, pun untuk kakak perempuanku lainnya. Karena bagaimana pun juga, mereka juga terlibat untuk memberikan panutan baik pada adik yang tak lagi kecil ini.


Di akhir tulisan ini, aku ingin mengutip salahsatu pesan Bapak Cakra dan Satya, masih dalam Novel Sabtu Bersama Bapak.


“Menjadi Panutan bukan tugas anak sulung kepada adik-adiknya. Menjadi panutan adalah tugas orangtua untuk semua anak “


Nah, kalau menurutmu, apakah kamu juga menjadikan kakakmu sebagai sosok panutan, jika kamu menjadi adik? Atau kalau kamu kakak, apakah kamu merasa kalau adikmu menjadi fans pertamamu? Boleh banyak sharing banyak hal terkait tema tulisan ini di kolom komentar yang telah disediakan, ya. 


Semoga artikel ini bermanfaat, jangan lupa tinggalkan komentar kamu. Feel free to drop your comments. Terima kasih sudah membaca dan berkunjung di artikel ini. Sampai jumpa pada artikel berikutnya.


~blessed

Khoirur Rohmah

10 komentar

Terima kasih sudah membaca dan berkunjung kemari.
Salam kenal, jangan lupa tinggalkan komentar kalian ya, supaya bisa berkunjung balik. Hhee. ^_^
  1. Di Dunia ini tidak ada orang yang bisa hidup sendiri, hidup akan lebih berarti jika kita bisa saling berbagi, karena dengan berbagi yang terjadi bukan berkurang tapi bertambah dari segala sisi, bukankah "Khoirunnas 'Anfa'uhum Linnas" terus semangat nduk 👍🙏

    BalasHapus
  2. Waw, mungkin karena perbedaan usia mbak dengan kakaknya jauh ya? Kalo aku sama masku beda setahun dan kami sering berantem 🤣 lebih tepatnya aku digangguin mulu, dibuat nangis setiap hari haha. Makanya, seingetku aku nggak pernah ngefans sama masku Haha lol

    Yang aku pelajari dari masku adalah ngegame di komputer 🤣 gegara sering liat dia ngegame aku jadi ikutan hihi

    BalasHapus
  3. Aku jadi agak iri karena gak punya kakak, ehh. Jadi kakaknya itu anak sulung? Biasanya kakak itu gitu, ngemong dan ngajarin adeknya, sabar, perhatian.

    Eh tapi ada juga yg cuek sih.

    Alhamdulillah kalo Rohma punya kakak yg sayang banget ama adeknya dan bisa jadi panutan.

    BalasHapus
  4. Jadi pengen punya kakak *eh. Seneng baca tulisan kak Rohma punya kakak yang bisa jadi panutan, kadang kan ada adik yang suka berantem sama kakaknya. Semoga saya bisa jadi kakak yang jadi panutan kedua adik

    BalasHapus
  5. Kalo aku sama kakaku beda bgt kepribadiannya jd waktu kecil ya berantem aja kerjaaanya hahaha tp srtelah dewasa jd deket alhamdhulilah

    BalasHapus
  6. Aku waktu kecil dekat sama kakak lelakiku, kemana-mana selalu berpetualang bersama karena selisih cuman 1 tahun. Dia yang membuatku tergila-gila sama bahasa inggris sejak kecil. Ya teman seperjuangan

    BalasHapus
  7. Senangnya bisa punya kakak yang punya banyak prestasi, bisa menjadi panutan bagi adik-adiknya ya mbak
    Saya nggak punya kakak, sebab anak sulung
    Makanya jadi punya beban moral agar bisa jadi panutan adik adik

    BalasHapus
  8. Panutan banget yaa.. kakak itu.
    Ini alasan orangtua lebih keras ke anak pertama dan menyediakan segalanya special untuk segala hal. Kerasa banget setelah aku jadi orangtua. Berasa semua impianku ya..aku tumpahin ke anakku.

    Semoga kakak-kakak dimanapun berada mendapat jariyyah karena contoh kebaikannya untuk para adik.

    BalasHapus
  9. Mirip ini kisah saya.. Tumbuh besar dengan 4 saudara laki-laki.
    Alhamdulillah si ambil yg sisi-sisi positifnya saja. Contoh, pas musim buah-buahan, PD buat manjat pohon sendiri, trus makan buah yang serba matang pohon, ya pas masih di atas pohonnya :D
    Keterampilan lain, seperti cepat belajar naik sepeda atau motor.

    BalasHapus
  10. Bagaimanapun keluarga adalah orang pertama yang kita lihat sebagai teladan ya Kak. Setuju bahwa orang tua lah yang bertanggung jawab menjadi teladan bagi anak-anaknya

    BalasHapus

Chingudeul