‎ ‎

Memaafkan itu Mudah, Tapi Melupakan itu Sulit: Yay or Nay?

Memaafkan tak semudah melupakan


Bismillaahirrohmaanirrohim

Halo sobats. Alhamdulillah sampai juga di satu hari menjelang tema utama dari challenge yang Kumpulan Emak Blogger (KEB) selenggarakan yang mana di hari keenam ini hadir dengan tema “Katanya memaafkan itu mudah, tapi...”. Jujur ini ya, sebelum artikel ini tayang saya masih bingung bagaimana menjabarkan menyangkut tema di tanggal 24 Oktober 2023 ini. Padahal kalau dilihat-lihat mudah ya, kaitannya dengan “maaf”, tapi ternyata buat yang punya pengalaman menyangkut maaf-memaafkan itu adalah hal yang sulit, sekalipun mudah untuk dikatakan, namun juga sulit melupakan. Setuju nggak ini? 

Jika harus bercerita bagaimana memaafkan seseorang di dalam hidup, ada berbagai sikap yang  saya ambil tatkala mengalami kondisi yang menurutku tidak begitu menguntungkan ini. Yang mana bagi orang lain itu adalah hal yang wajar bahkan mungkin tidak pernah terpikirkan akan menyakiti orang. Atau terkesan lebay jika diambil hati. Itu bagi yang menyakiti. Lalu bagaimana dengan yang mendengar ucapan tersebut? TAK SEMUDAH ITU ~ Anggi Marito

Memaafkan Mudah, Namun Melupakan itu Sulit

Sebenarnya kondisi memaafkan itu terbentuk karena apa sih? Ya, semua orang pasti tahu dengan hal ini lah ya. Berawal dari ada oknum yang entah sengaja melukai hati orang lain, kemudian dia tidak sadar akan kesalahannya. Lalu bersikap biasa saja. Atau justru karena ada oknum yang tidak sengaja membuat luka, misalnya kasih nasihat tapi ternyata justru menyakiti hati orang lain tersebut. Lalu sadar akan kesalahannya, maka dia bisa saja meminta maaf. Kecuali satu: gengsi karena merasa tidak bersalah.

Lalu bagaimana dengan sikap yang akan diambil orang lain tersebut yang telah disakit hati, perasaan, atau lebih dari itu?

1. Memaafkan tapi tidak melupakan

Sadar kalau orang yang asal ngomong tanpa memikirkan lawan bicaranya, mereka seperti ini tidak akan merasa bersalah akan ucapannya. Sehingga kita yang tersakiti kalau berharap mereka minta maaf akan sulit. Kecuali dapat hikmah.

Oleh karena itu, jika tidak ingin berlarut-larut dan dibayang-bayangi perasaan sedih, marah, kecewa akan yang mereka ucapkan. Memafkan adalah langkah yang dirasa paling mudah. Paling mudah diambil, tapi tidak semudah dipraktekkan. Betul apa betul?

Ya, memaafkan bisa, tapi, melupakannya sangat sulit. Sehingga tatkala bertemu dengan orang tersebut kadang jadi terbawa ke momen yang menurut kita sangat sakit, dan kita jadi teringat akan apa yang pernah dia katakan yang sangat menyakiti hati tersebut. 


Sehingga, akibat suatu kesalahan, maka yang didapat adalah kondisi seperti ini:

  1. Memaafkan, tidak melupakan, bersikap biasa saja karena sudah terbiasa
  2. Memaafkan, tidak melupakan, tetap jalin komunikasi, tapi tidak mau berharap dia akan meminta maaf karena sudah jadi tabiat
  3. Memaafkan, tidak melupakan, tapi selalu antisipasi untuk jaga hati supaya tidak patah kalau tetiba ada hal tak terduga menyakiti dari orang yang sama
  4. Memaafkan, tidak melupakan, perlahan menjauh hingga memutuskan hubungan dari orang tersebut demi ketentraman dan kewarasan batin


2. Mendendam dan Berharap akan Balasan Setimpal Menimpanya

Kalau orang lain tersebut sudah keterlaluan menyakiti dan mengusik perasaan orang, mungkin bisa saja memaafkan tapi hal ini bukan lagi hal yang mudah. Justru bisa jadi orang yang disakiti menjadi lebih dendam, dan berharap orang tersebut bisa merasakan apa yang dirasakan. Entah dia sendiri yang akan membalas, atau melalui pihak lain. Supaya dia sadar jika disakiti itu tidak enak. Memang hal ini bikin puas? Tidak sama sekali.

Kuncinya tetap memaafkan, tapi ... tidak dengan melupakan.


Pengalaman Memaafkan dan Melupakan tapi Tetap Ingat

Eh bagaimana sih ini? Jadi, kalau saya harus menarik ulang bagaimana seseorang menyakiti saya, tapi saya memaafkan hal yang dilakukannya itu, kadang saya cukup melupakan setelahnya. Maksudnya tidak ingin terlalu berlarutu-larut membuat sakit diri saya sendiri. Sebab, saya terbebani dengan rasa sakit akan perlakuan atau perkataan orang lain. Sedangkan orang yang dimaksud justru tidak mengingat. Bahkan mungkin dia tidak sengaja berlaku demikian. Lalu mengapa saya harus meminta dia untuk meminta maaf supaya saya bisa memaafkan?



Ngeblog Asyik Bareng KEB Logo

1 komentar

Terima kasih sudah membaca dan berkunjung kemari.
Salam kenal, jangan lupa tinggalkan komentar kalian ya, supaya bisa berkunjung balik. Hhee. ^_^
  1. Aku biasanya memilih memaafkan tp ga akan mungkin lupa. Dan pasti berujung aku bakal memutus komunikasi dengan orang seperti itu. Ya udhlaah, ga usah lagi berhubungan, drpd ntr dia mengulang hal yg sama kan.

    Terkadang kalo udah disakitin amat parah, yg ada jadi ga percaya lagi mba. Kalo udh ga percaya, ngapain berhubungan. Mendingan jauh sekalian.

    Kdg suka heran yaa Ama orang yg kalo ngomong ga pake mikir itu nyakitin atau ga buat orang lain. Apalagi main fisik 😔

    BalasHapus

Chingudeul