‎ ‎

Mau Dikenang Seperti Apa Saat Kita Mati Nanti

Mengingat Kematian



Bismillaahirrohmaanirrohim

Halo Sobats, di Jumat Berkah ini aku ingin membagikan sedikit unek-unek yang mungkin bisa ‎menjadi renungan untuk kita semua, khususnya untuk diri sendiri tentunya. Mengingat akhir-‎akhir ini, berita duka seperti sebuah hal yang tidak asing dijumpai. Entah melalui sosial media ‎ataupun dari lingkungan sekitar.‎


Oke, sebelumnya aku ingin menyampaikan kalau tulisan ini sebenarnya terinspirasi dari ‎salahsatu status Whatsapp milik teman blogger, Mbak Nisaahani. ‎


‎”Kadang pas dapat info ada yang meninggal, ada beberapa yang kasih kesan ke orang tersebut.‎

Trus jadi mikir, kesan kita di mata orang apa ya nanti?‎

Semoga baik-baik aja ya. Kalo nggak baik, semoga dimaafkan dan dilupakan, diingat yang baik-‎baiknya aja. Kita pun usahain begitu.‎

Baik-baik aja weh hidup mah. Positif thingking yang dikuatin”‎

Mengingat Kematian


Begitulah cuitan Mbak Nisa dalam statusnya Kamis Sore, 15/Juli/2021. Dari situlah, aku ikut ‎memikirkan, bagaimana dengan diriku nanti, ya. Karena yang kita bicarakan ini kematian, ‎sahabat terdekat kita. Yang saat dia datang, manusia tidak mampu untuk bernegosiasi. Mau ‎sekarang datang, ya harus pergi. Pun datangnya juga tidak ada yang mengetahuinya. Lah ‎gimana, terus?‎


Persiapan Sebelum Kembali ‎


Jujur, saat aku membahas tentang kematian apalagi dengan keadaan seperti saat ini, banyak ‎hal yang bermunculan. Seperti, aku belum ini, belum itu, belum merasakan ini, itu. Apakah aku ‎bisa melalui dan menjumpai hal yang aku inginkan tersebut. Apakah justru kematian yang ‎mendatangi lebih dahulu. Rasanya sangat takut. Yahh, itu yang aku takutkan ketika berbicara ‎kematian.‎


Karena dunia adalah tempat singgah dan akhirat tempat kembali yang sesungguhnya. ‎Sedangkan sekarang yang menjadi pertanyaannya. Apakah sudah mempersiapkan bekal ‎untuk kembali?, yah. Kembali kepada pemilik-Nya untuk mempertanggung jawabkan apa saja ‎yang telah terjadi dan dilakukan ketika di dunia.‎


Kalau ngomongin persiapan, justru tidak akan ada habisnya bekal yang harus dipersiapkan. ‎Namun ketika dipanggil oleh-Nya, lalu minta untuk menambah bekal untuk perjalanan ‎berikutnya, tentu jelas tidak akan bisa, kecuali Dia berkehendak lain, Wallahu A’lam yah. ‎Misalkan saja Mati suri. ‎


Pernah dengar ceramah salahsatu Kyai. Orang yang sudah mati saja ingin agar dihidupkan lagi, ‎karena selama hidup belum banyak bekal yang dibawa. Tapi kita yang masih diberikan ‎kesempatan nikmat bernafas di bumi ini dengan baik, apakah sudah cukup bekal untuk ‎perjalanan pulang kita nanti? *tanya pada diri sendiri.‎


Oleh karena itu, persiapan bekal berupa amal baik sangat membantu kita nanti untuk melalui ‎perjalanan panjang selanjutnya. Sekecil apapun perbuatan baik yang telah dilakukan di dunia, ‎bisa menjadi penolong kita nantinya. Wallahu A’lam.‎


Semoga pembaca yang membaca tulisanku ini, termasuk yang nulis, dapat mempersiapkan ‎bekal untuk perjalanan panjang nantinya. Amiin.‎


Mau Dikenang Seperti Apa Kita Nanti


Saat maut menyapa, tidak ada seorang pun yang dapat menghalanginya bahkan menolak atau ‎mengusirnya. Dia bisa datang secara tiba-tiba atau sudah tahu waktunya karena orang yang ‎ingin dipanggil sudah cukup bekal untuk dibawa atau justru sebaliknya. Yah, Kematian berupa ‎misteri. ‎


Allah Berfirman dalam QS. Al Hadid (57) Ayat : 20 

‎“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanya permainan dan suatu yang melalaikan, ‎perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggan tentang banyaknya ‎harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian ‎tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di ‎Akhirat (nanti) ada azab yag keras dan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini ‎tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al Hadid 57:20)‎


Aku setuju kalau dunia ini banyak kesenangan yang menipu. Contoh seperti waktu. Walau hanya ‎satu, dua, hingga lima menit ada waktu luang dan dimanfaatkan untuk berdzikir sembari ‎melakukan aktivitas tertentu, apa yang kita kerjakan akan bernilai. Daripada digunakan untuk ‎begini, baiknya begitu. Tapi, ya.. kadang aku sendiri pun ikut kebawa dengan kesenangan ‎tersebut. Kemudian selanjutnya timbullah rasa ”menyesal”. Seandainya tadi begini, ‎kemungkinan aku dapat dua hal yang berguna dan waktuku tidak akan berlalu dengan sia-sia. ‎Itu kalau aku lagi ingat yah. ‎


Nah, aku ingin kembali pada pokok pembahasan mengenai nantinya kalau sudah mati, kita ‎ingin dikenang seperti apa di mata orang lain. Apakah kenangan baik yang diingat atau justru ‎sebaliknya, yaitu kenangan buruk yang telah aku lakukan terhadap orang lain?‎


Mengenai hal ini sangat erat kaitannya dengan orang-orang yang pernah berhubungan dengan ‎kita. Terlebih untuk aku, untuk orang-orang yang pernah aku sakiti baik dari ucapan hingga ‎tingkah laku. Duhh,, menuliskannya begini, jadi ingat hal-hal yang tak seharusnya kulakukan ‎dehh. ‎


Jadi, tidak hanya barang yang mendapatkan testimoni saat diterima atau setelah digunakan. ‎Bahkan orang pun juga nantinya akan ada testimoninya saat masih hidup, atau justru saat ‎sudah kembali.‎


Tentu yang diharapkan kenangan baik yang pernah terjadi terhadap orang lain. Kalau kenangan ‎buruk, dan sekarang masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki, tidak ada salahnya untuk ‎meminta maaf atau menambal hal buruk dengan yang baik. Masih bisa, kan? *tanya pada diri ‎sendiri yang ke-xxxxxxxxxxx.‎


Oh iya, dalam sebuah artikel aku menemukan pesan yang disampaikan Malaikat Jibril kepada ‎Nabi Muhammad SAW yang berupa 3 nasihat. Di antaranya :‎

‎1.‎ Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati.‎

Kematian yang saat dia datang, manusia tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Karena tubuh ‎telah ditinggalkan oleh ruh-nya. Karena itu, dengan mengingat kematian, manusia ‎diharapkan dapat menghilangkan sifat tamak, sombong, atau tidak ketergantungan ‎terhadap kesenangan dunia.‎


‎2.‎ Cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah ‎dengannya.‎

Manusia berhak untuk mencintai siapa saja. Tapi jangan terlalu sampai menyibukkan ‎diri dengan kesenangan-kesenangan dunia. Seperti suami, istri, anak, harta hingga hal-‎hal lain yang dicintainya. Karena semuanya bisa jadi akan pergi begitu saja. Oleh karena ‎itu, kita dianjurkan untuk menyibukkan diri dengan berbuat amal baik, amal sholih ‎kepada Dzat yang tak akan pernah terpisah, yakni Allah Azza Wajalla.‎


‎3.‎ Berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.‎

Memang manusia diberi kebebasan untuk melakukan perbuatan apapun itu, entah itu ‎baik atau buruk. Hal itu akan berakhir tatkala mati. Yang selanjutnya tinggalkan ‎perhitungan dan pembalasan di akhirat atas apa yang telah manusia lakukan di dunia, ‎dan menerima setiap konsekuensi dari perbuatannya di dunia.‎


Huu... jadi panjang juga ya kan pembahasannya. Nah, dari apa yang aku sampaikan di atas, ‎kiranya apabila ada hal baik, bisa diambil hikmahnya. Apabila ada hal buruknya, mohon koreksi ‎lagi, ya. Dengan begitu, aku dapat memperbaikinya lagi.‎


Masa-masa seperti saat ini, membuat diri untuk banyak-banyak berintrospeksi lagi. Apalagi ‎pandemi yang terjadi cukup membuat hati kadang was-was untuk melakukan ini-itu. Semoga ‎keadaan dunia lebih baik kedepannya dan kita bisa melaluinya. Amin..‎


Yuk kita sama menjaga kesehatan, menjaga hubungan dengan manusia, dan pencipta-Nya ‎dengan baik. Semoga juga, kita diberikan umur panjang supaya bisa mengumpulkan amal baik untuk bekal kita di rute perjalanan selanjutnya. Semoga juga, saat sahabat terdekat kita datang menjumpai, bekal yang sudah ‎dipersiapkan sudah ada walau tentunya akan kurang, pun ketika kita pergi, orang lain bisa ‎mengingat hal-hal baik dari diri kita. Aminnn


Aku harap, artikel ini bisa bermanfaat dan berguna untuk kita semua yang telah membaca ‎artikel ini. khususnya lagi untuk yang nulis untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari ‎sebelumnya. Terima kasih sudah membaca dan berkunjung di artikel ini. Jangan lupa ‎tinggalkan komentar kalian, ya. Feel free to drop your comments. Okay.‎


See you on the next article

‎~blessed‎

Khoirur Rohmah


Referensi:

Website Republika.co.id

8 komentar

Terima kasih sudah membaca dan berkunjung kemari.
Salam kenal, jangan lupa tinggalkan komentar kalian ya, supaya bisa berkunjung balik. Hhee. ^_^
  1. Terima kasih ya mbak sudah menulis ini. Saya jadi ikut merenungkan hal yang sama. Menurut saya, saya bukan lah orang yang baik, tapi semoga masih ada orang lain yang melihat sisi baik dari diri saya. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah, di masa seperti ini, masa di mana kabar duka hampir setiap hari datang, perbanyak intropeksi diri mungkin bisa penghibur tersendiri. Stay safe dan sehat selalu mbak.

    BalasHapus
  2. Ingin dikenang sebagai apa? Sebenarnya jawaban dari pertanyaan ini sudah lama saya temukan, sehingga tetap setia di jalur blogspot. Agar tulisan tetap bisa dibaca.
    Saya juga ingin dikenang sebagai penulis sejarah perempuan.

    BalasHapus
  3. Terima kasih untuk remindernya, bener-bener self reminder banget. Semoga kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik, meninggalkan hal-hal baik yang bermanfaat. Semoga kita (saya khususnya) bisa lebih baik lagi mentadabrur 3 nasehat yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada ‎Nabi Muhammad SAW tersebut, insyaAllah aamiiin

    BalasHapus
  4. semoga kita dikenang yang baik baik dan meninggalkan karya yang bisa diingat sepanjang masa. Jadi mulailah mengukirnya dari sekarang

    BalasHapus
  5. Ya Allah. Mambaca artikel ini, jujur aku merasa seperti aku belum ada hal untuk di kenang oleh orang² yang kenal.

    BalasHapus
  6. Benar sekali..
    Setiap yang hidup pasti suatu saat akan kembali. Dan bekal apa yang sudah kita siapkan selama ini?
    Apakah sudah cukup atau masih kurang?

    Semoga dengan persiapan yang matang, paling tidak memikirkannya seperti ini, bisa menjadi penyemangat kita semua untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan.

    BalasHapus
  7. Memang, Kak, selama beredar kabar duka secara beruntun hampir tiap hari membuat aku berpikir nanti pas giliran pulang ke akhirat, punya bekal apa ya, dan bagaimana orang akan mengenangku. Merasa bukan siapa-siapa dan belum siap untuk pergi padahal itu kan hal tak bisa dihindari. Jadi merasa ketonjok banget dengan poin pertama, ya hidup sekarang seolah bisa ngapain aja termasuk yg melanggar hukum agama, tapi kudu ingat bahwa kita pasti mati dan meninggalkan semuanya.

    BalasHapus
  8. Huwaaa... makasih ya udah jadi tulisan. Semoga bermanfaat ya.
    Iya ya, kita mesti melakukan hal baik, biar dikenang dengan baik.
    Dan, semoga kita bukan hanya dikenal baik, tapi juga bisa masuk surga ya. Aamiin. :)

    BalasHapus

Chingudeul